hari ini saya akan membagikan contoh PTK, mungkin ini bisa menjadi referensi kakak-kakak semuanya.
“Pengaruh Penggunaan Media LCD Proyektor terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran FISIKA kelas XI IPA di SMA Negeri 4 Kerinci”.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Upaya peningkatan kualitas
manusia ditujukan untuk mewujudkan kader-kaderbangsa yang akan melaksanakan pembangunan
di masa mendatang.Kader-kader
bangsa
yang berkualitas atau dikenal dengan istilah sumber daya manusia inilah yang menentukan keberhasilan pembangunan. Untuk itu, salah satu cara menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
Pendidikan
diharapkan dapat membentuk manusia yang
mampubertahan dalam menghadapi era
globalisasisaat ini.
Namun pada kenyataannya,
pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas individumengalami permasalahan di
Indonesia. Permasalahan tersebut yaitu rendahnya mutupendidikan yang
disebabkan oleh pembelajaran yang belum efektif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19 ayat 1, yang menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran padasatuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sekolah Menengah
Atas (SMA) merupakan salah satu pendidikan formal dan sekaligus merupakan sub
sistem dari sistem pendidikan nasional. Untuk itu Sekolah Menengah Atas
menyelenggarakan program pendidikan untuk beberapa jenis pendidikan umum. SMA
merupakan lembaga pendidikan dengan
tujuan untuk meningkatkan kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya. Sehubungan dengan tujuan di atas, maka upaya
yang dilakukan pemerintah dengan pihak sekolah serta lembaga-lembaga terkait
yaitu dengan merancang sebuah pelaksanaan pembelajaran mengacu kepada terciptanya
kurikulum terstruktur dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan dimaksud.
Salah
satu SMA yang ada di Kabupaten Kerinci adalah SMAN 4 Kerinci, memiliki jurusan
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Terkait dengan
itu, penulis dapat melihat permasalahan yang terjadi pada satu mata pelajaran yang ada di IPA,
yaitu mata pelajaran adalah FISIKA, dan salah satu permasalahannya adalah
rendahnya hasil belajar siswa kelas X SMAN 4 Kerinci pada matapelajaran Fisika,
datanya sebagai berikut (lihat Tabel 1).
Tabel 1.Ketuntasan Nilai Mata
Pelajaran FISIKA Kelas XI IPA TA
2017/2018
Nilai KKM
|
XI IPA 1
|
Persentase
|
XI IPA 2
|
Persentase
|
75
|
16
|
45,7%
|
20
|
57,1 %
|
< 75
|
19
|
54,3%
|
15
|
42,9%
|
Jumah
|
35
|
100%
|
35
|
100%
|
Sumber: Guru Mata Pelajaran Mekanika
Teknik SMA Negeri 4 Kerinci
Berdasarkan data di atas, terlihat
dari kedua kelas menunjukkan jumlah siswa yang tuntas memiliki rata-rata
persentase di bawah 50 % dan dapat diasumsikan bahwa masih banyak siswa yang
memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Hasil belajar siswa yang rendah dapat disebabkan
oleh beberapa hal, dimulai dengan guru yang belum memotivasi siswa, siswa yang
tidak berminat untuk mengikuti pembelajaran dan media yang digunakan oleh
gurubelum menarik perhatian siswa sehingga suasana kelas menjadi tidak
kondusif. Guru yang berperan sebagai fasilitator sangat berpengaruh terhadap tercapainya
tujuan pembelajaran dan guru sebaiknya mampu melaksanakan proses pembelajaran
bervariasi dengan menggunakan metode dan media pembelajaran.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran, metode yang sering diterapkan oleh guru sampai saat ini yaitu
metode ceramah. Dimana dalam metode ini guru berperan sebagai pemindah informasi dan siswa sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses
pembelajaran berlangsung. Metode ini menjadikan siswa terbiasa untuk mencatat
dan hanya mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran sehingga siswa tidak
dapat memahami materi lebih dalam. Penggunaan metode dan media dalam
pembelajaran yang belum baik, dapat menyebabkan minat siswa menurun untuk
mengikuti pelajaran dan berakibat rendahnya motivasi belajar siswa. Kurangnya pemahaman
siswa terhadap konsep materi yang dipelajari menyebabkan banyak dari siswa mengalami
kesulitan dalam menjawab pertanyaan atau soal yang bersifat pemahaman konsep. Hal ini berakibat pada
rendahnya hasil belajar
siswa.
Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran,
karena media dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Menurut Sudjana (2007:6)
“Salah satu peran media dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk
memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran”. Media
pembelajaran yang baik adalah media yang dapat mengkonkretkan materi yang akan
dipelajari sehingga dapat dipahami siswa dengan mudah. Dari penjelasan diatas,
salah satu cara yang dianggap dapat mengefektifkan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan media Liquid Crystal
Display (LCD) Proyektor dengan tampilan PowerPoint
maupun video.
Pada mata pelajaran Fisika,
penggunaan LCD proyektor dapat digunakan untuk menampilkan materi pembelajaran
yang ada, yaitu elemen-elemen struktur, faktor yang mempengaruhi struktur
bangunan berdasarkan kriteria desain dan pembebanan. LCD proyektor yang
digabungkan dengan powerpoint dapat
menampilkan huruf-huruf yang menarik, gambar yang lebih konkret, animasi maupun
video yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga bahan ajar Fisika dapat
tervisualisasikan dengan baik, materi pelajaran lebih konkret dan tidak
mengandung verbalisme (hanya melalui kata-kata).
Pemanfaatan
media merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai fasilitator
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Gulo (2002: 9)
“Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya
media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang
digunakan oleh guru”. Oleh karena
itu,
guru perlu mempelajari bagaimana menerapkan media pembelajaran yang cocok agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan observasi
awal, untuk pemanfaatan media LCD proyektor di SMA Negeri 4
Kerinci Kelas XI pada
Jurusan IPA tergolong rendah. Penggunaan
untuk tahun ajaran 2017/2018 pada semester satu, dari
20 unit LCD proyektor yang tersedia,hanya dua orang guru mata pelajaran Fisika yang memanfaatkan media
ini. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru mata
pelajaran Fisika dapat disimpulkan bahwa alasan yang membuat guru tidak
memanfaatkan media LCD proyektor yaitu kurangnya pemahaman guru tentang media
ini. Selain itu, guru juga belum memahami cara pembuatan unsur media powerpointdengan tampilan menarik yang
dikombinasikan dengan gambar, video maupun animasi. Hal tersebut membuktikan
bahwa penggunaan media pembelajaran masih kurang dan beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya yaitu keterbatasan kemampuan guru terhadap perkembangan
teknologi dan persiapan yang memakan waktu lama. Permasalahan itu dapat
teratasi,jika setiap guru telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan mengenai penggunaan
media pembelajaran khususnya media
LCD proyektor dengan tampilan powerpoint maupun
video.
Sehubungan
dengan permasalahan di atas,maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Media LCD Proyektor terhadap Hasil Belajar
Mata
Pelajaran FISIKA kelas XI IPA di
SMA
Negeri 4
Kerinci”.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah daripenelitian ini adalah apakah terdapat
pengaruh penggunaan media LCD proyektor terhadap hasil belajar Mata Pelajaran FISIKA kelas XI IPA di
SMA Negeri 4 Kerinci?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media LCD proyektor
terhadap
hasil belajar Mata Pelajaran Fisika kelas
XI IPA di SMA Negeri 4 Kerinci.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru mata
pelajaran FISIKA di
SMA Negeri 4 Kerinci dalam memilih media
pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
2.
Sebagai
bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, untuk melakukan penelitian mengenai
media pembelajaran yang menarik.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, diduga pembelajaran menggunakanLCD Proyektor dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Gambar kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Belajar
Belajar
ialah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dalam Suyono dan Hariyanto
(2012: 12) “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri
seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan
dalam diri”. Selain itu Suyono (2012: 13) menyatakan bahwa “Belajar adalah
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara peserta
didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang secara sengaja
dirancang maupun yang secara tidak sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan”.
Djamarah
(2010: 38) menyatakan bahwa “Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”.
Setelah paradigma pembelajaran berkembang, belajar dimaknai sebagai kegiatan
aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Menurut James L. Mursell
dalam Sagala (2012: 13) “Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami
sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri”. Sejalan dengan itu
Thorndike dalam Sagala (2012: 51) menyatakan bahwa “Belajar adalah proses orang
memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”. Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan pengetahuan,
sikap, perilaku, kebiasaan, kecakapan, keterampilan dan kepribadian yang
terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungan seperti guru, bahan belajar
dan lain-lain.
2.2 Pengertian
Media Pembelajaran
Media
berarti perantara atau pengantar. Sadiman dalam Kustandi dan Sutjipto (2011:
7)menyatakan bahwa “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan”. Menurut Briggs dalam Arif, dkk (2009: 6) “Media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar”. Selain itu, Gerlach dan Ely dalam Azhar (2008: 3) menyatakan bahwa
“Media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Dapat
disimpulkan bahwa media adalah alat atau perantara yang digunakan untuk
menyampaikan informasi.
Pembelajaran
ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Corey dalam Sagala (2012: 61) menyatakan bahwa “Konsep
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2002: 297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar”.
UUSPN
Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Media pembelajaran
adalah alat yang dapat membantu proses pembelajaran dan berfungsi untuk
memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk membuat siswa
lebih aktif berfikir dan meningkatkan kegiatan pembelajaran.
Kontribusi media pembelajaran menurut Kemp dan
Dayton dalam Daryanto (2011: 5) adalah sebagai berikut.
a.
Penyampaian
pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
b.
Pembelajaran
dapat lebih menarik.
c.
Pembelajaran
lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
d.
Waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
e.
Kualitas
pembelajaran dapat ditingkatkan.
f.
Proses
pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
g.
Sikap positif
siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
h. Peran guru mengalami perubahan ke arah
positif.
Menurut Kustandi (2011: 21) “Media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan
informasi, serta membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar”.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru
agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Levie dan Lentz dalam
Kustandi dan Sutjipto (2011: 21-22) mengemukaan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
a.
Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b.
Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau
membaca) teks yang bergambar.
c.
Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa
lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d.
Fungsi
kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.
Menurut Kemp dan Dayton
dalam Kustandi dan Sutjipto (2011: 23), media pembelajaran dapat memenuhi tiga
fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan maupun kelompok yaitu
(1) memotivasi minat atau tindakan (2) menyajikan informasi dan (3) memberi
instruksi.
Dari pendapat beberapa
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama media adalah memotivasi
siswa dan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran karena adanya
visualisasi yang terkandung di dalam media.
Sudjana dan Riva’i
dalam Kustandi (2011: 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
b.
Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c.
Metode mengajar
akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran
d.
Siswa dapat
lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru, tetapi juga akivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, dan memerankan.
Encyclopedia
of Educational Research dalam Kustandi (2011:
25), merincikan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut.
a.
Meletakkan
dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, sehingga mengurangi verbalisme.
b.
Memperbesar
perhatian siswa.
c.
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran
lebih mantap.
d.
Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa.
e.
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup
f.
Membantu
tumbuhnya pengertian yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu
efisiensi serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat praktis dari penggunaan media
pembelajaran di dalam proses pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan
dan informasi sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan hasil
belajar.
2.3 Liquid Crystal
Display (LCD)
Proyektor
2.3.1
Pengertian
LCD Proyektor
Daryanto (2011: 123) menyatakan bahwa
“Media LCD proyektor adalah sebuah alat proyeksi yang mampu menampilkan
unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah
maupun gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya
seperti laptop”. Menurut Maria (2010) “LCD proyektor merupakan
salah satu jenis proyektor yang
digunakan untuk menampilkan video, gambaratau data
dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar
seperti tembok, dsb”. Proyektor jenis ini
merupakan jenis yang lebih modern dan merupakan teknologi yang dikembangkan
dari jenis sebelumnya dengan fungsi sama yaitu Overhead Projector (OHP)
karena pada OHP datanya masih berupa tulisan pada lembaran bening.LCDproyektor biasanya
digunakan untuk menampilkan gambar pada
presentasi,
pembelajaran atau perkuliahan.
2.3.2
Pembelajaran
Menggunakan Media LCD Proyektor
Pembelajaran
menggunakan media LCD Proyektor merupakan proses pembelajaran yang
menggunakan LCD proyektor sebagai media pembelajaran. LCD proyektor saat ini
banyak dipakai sebagai proyeksi
layar
komputer maupun notebook atau laptop. Laptop yang dipadukan dengan Proyektor dapat dijadikan media
pembelajaran yang cukup menarik. Tampilan yang dihasilkan pada layar yang cukup
lebar antara 2 x 2 meter, sangat cocok digunakan untuk kelompok besar atau
kelas yang siswanya banyak. Perpaduan antara laptop dengan LCD proyektor
dapat menyajikan pesan atau materi pembelajaran sesuai desain/ rancangan yang
telah disiapkan. Desain pesan dapat berwujud: Audio, Visual Diam, Visual Gerak, atau Audio Visual Gerak. Dengan tampilan penuh warna (full color) sangat
menarik minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam Proses pembelajaran, LCD proyektor digunakan sebagai media
pembelajaran yang digunakan untuk memproyeksikan materi pelajaran yang dibuat
padaMicrosoft Office
PowerPoint yang terdiri dari beberapa slide. Pembelajaran menggunakan media LCD Proyektor diterapkan pada kelas eksperimen.
2.3.3
Kelebihan
dari Media LCDProyektor
Beberapa kelebihan dari media LCD
Proyektor jika dilihat dari segi penggunaannya dalam suatu pembelajaran yang
dipakai oleh seorang guru, yaitu:
1) Guru lebih mudah menyampaikan materi
tanpa harus menggunakan papan tulis.
2) Guru lebih mudah berinteraksi dengan muridnya.
3) Pembelajaran
lebih menarik dan interaktif, terciptanya suasana yang mendukung siswa untuk
mengekspresikan pemahamannya mengenai konsep pelajaran.
4) Guru pun lebih mudah mengevaluasi segala bentuk
aktivitas pembelajaran yang ada di kelasnya sehingga proses pembelajaran dapat
ditingkatkan.
2.3.4
Kekurangan dari Media LCD Proyektor
Berikut
ini merupakan kekurangan dari media LCD
Proyektor jika dilihat darisegi penggunaannya dalam suatu pembelajaran yang
dipakai oleh seorang guru, yaitu:
1)
Banyak guru lebih tergantung dengan
media ini bahkan dijadikan sebagai kambing hitam sehingga mereka malas atau
bahkan tidak mau menuliskan materi di papan tulis khususnya kasus teori
hitungan.
2)
Selain materi pelajaran yang
berbasis hitungan pun, terdapat masalah juga pada materi yang tidak menggunakan
hitungan, karena materi yang diberikan oleh guru malah banyak yang berasal dari
meng-copy-paste dari suatu sumber dan
tidak mau mengolahnya kembali, sehingga membuat materi yang ditampilkan terlalu
sulit untuk dipelajari siswa.
3) Penggunaan
media LCD dalam proses pembelajaran
memerlukan waktu yang lama untuk mempersiapkan media tersebut.
4) Memerlukan
sumber listrik untuk mengoperasikannya.
2.3.5
Manfaat Media Pembelajaran LCD Proyektor
1) Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.
2) Menghadirkan
objek-objek yang tidak
terdapat dilingkungan belajar.
3) Menampilkan objek yang
terlalu besar.
4) Memperlihatkan objek
yang terlalu cepat maupun lambat.
2.3.6
Karakteristik Media LCD Proyektor
1) Bersifat linier.
2) Menyajikan visual yang
dinamis.
3) Digunakan dengan cara
yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang.
4) Merupakan representasi
fisik dari gagasan real atau abstrak.
5) Dikembangkan menurut
prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.
6) Berorientasi pada guru.
Gambar
1. Media LCD Proyektor
2.3.7
Kegunaan LCD Proyektor dalam Pembelajaran Mekanik
Teknik
Tujuan penggunaan media LCD
Proyektor adalah sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi fisika dalam bentuk powerpoint dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi.. Melalui media LCDproyektor siswa dapat menyaksikan materi dalamteks berwarna,
gambar maupun video yang lebih menarik dan tidak terpaku oleh buku saja. Media LCD proyektor diharapkan dapat
membangkitkan minat siswa dalam belajar dan meningkatkan pemahaman siswa dalam
belajar.
2.4 Pengertian
PowerPoint
Sanaky
(2009) menyatakan bahwa “Microsoft PowerPoint adalah
program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah
Microsoft Office program
komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan bantuan LCDproyektor”. Tampilan media powerpoint membantu guru untuk mempresentasikan materi ajar kepada
siswa agar lebih mudah
dalam mentransfer ilmunya
melalui presentasi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya di
kelas. Disamping memudahkan seorang guru menguasai kelas dan membantu anak–anak
didik untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh seorang guru. Menurut
Jelita (2010) “Microsoft PowerPoint adalah suatu
software yang akan membantu dalam
menyusun sebuah presentasi yang efektif, profesionaldan juga mudah”. Powerpoint adalah alat
bantu presentasi, biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang dirangkum
dan dikemas dalam slide powerpoint. Sehingga pembaca dapat lebih mudah
memahami penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide.
Menurut
Sanaky (2009), Microsoft PowerPoint memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.
KelebihanMicrosoft PowerPoint antara lain:
1)
Praktis, dapat
dipergunakan untuk semua ukuran kelas.
2)
Memberikan
kemungkinan tatap muka dan mengamati respons siswa.
3)
Memiliki variasi
teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan.
4)
Dapat menyajikan
berbagai kombinasi clipart, picture, warna, animasi dan suara, sehingga membuat
siswa lebih tertarik.
5)
Dapat dipergunakan
berulang-ulang.
b.
Microsoft PowerPoint juga memiliki
kekurangan diantaranya
adalah:
1)
Pengadaannya mahal
dan tidak semua sekolah dapat memiliki.
2)
Tidak semua materi
dapat disajikan menggunakan powerpoint.
3)
Membutuhkan
keterampilan khusus untuk menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain
program komputer microsoftpowerpoint sehingga mudah dicerna oleh penerima
pesan.
4)
Memerlukan persiapan
yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian (animasi) yang kompleks.
2.5 Metode
Ceramah dalam Pembelajaran
a.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
Menurut
Gulo (2002: 137) metode ceramah adalah metode pengajaran yang sangat
sederhana”. Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut:
1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.
2) Mampu membangkitkan minat dan antusias
siswa.
3) Membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan mendengarnya.
4) Merangsang kemampuan siswa untuk mencari
informasi dari berbagai sumber.
5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang
belum pernah diketahui siswa.
Sedangkan kekurangan
metode ceramah adalah sebagai berikut:
1) Ceramah cenderung pada pola strategis
ekspositorik yang berpusat pada guru. Pola interaksi cenderung pada komunikasi
satu arah.
2) Metode ceramah cenderung menempatkan
posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat.
3) Proses ceramah berlangsung menurut
kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai oleh guru.
Taniredja,
dkk., (2014: 45) menyatakan bahwa ceramah adalah sebuah bentuk interaksi
melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Ada
beberapa keunggulan metode ceramah (1) cepat untuk menyampaikan informasi (2)
dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada
sejumlah pendengar.
“Metode ceramah adalah cara penyajian
pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan terhadap
siswa” (Djamarah dan Zain, 2010: 97).
Kelebihan metode
ceramah adalah sebagai berikut:
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/
kelas.
3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang
besar.
4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan
baik.
Sedangkan
kekurangan metode ceramah adalah sebagai
berikut:
1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
2) Bila selalu digunakan dan terlalu lama,
membosankan.
3) Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Suryosubroto (2009: 156-158) menyatakan
bahwa kebaikan metode ceramah antara lain (1) guru dapat menguasai seluruh arah
kelas (2) organisasi kelas sederhana. Sedangkan kelemahan metode ceramah (1)
guru sukar mengetahui sampai dimana murid-murid telah mengerti pembicaraannya
(2) murid sering kali memberi pengertian lain dari hal yang dimaksudkan guru.
2.6 Kerangka
Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika
menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah sangat relevan diterapkan pada mata pelajaran yang
bersifat hafalan dan tidak bersifat konsep. Penggunaan metode ceramah terkadang
kurang relevan dengan materi pelajaran yang banyak memerlukan pemahaman konsep.
Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang materinya banyak terdapat
pemahaman konsep. Untuk dapat dengan mudah memahami materi tersebut dibutuhkan
proses pembelajaran yangdapat mengembangkan pemahaman siswa. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan pemahaman
siswa dibutuhkan metode dan media pembelajaran yang relevan dengan mata
pelajaran fisika.
Cara untuk mengembangkan
pemahaman konsep siswa dalam proses pembelajaran, salah satunya dapat diterapkan
penggunaan media LCD Proyektor dalam
proses pembelajaran.
Diharapkandengan penggunaan media LCD proyektor ini siswa dapat dengan
mudah memahami materi pelajaran, yaitu dengan memaksimalkan penggunaan inderanya dalam
proses pembelajaran.Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima
dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dipertahankan dalam ingatan. Materi pelajaran yang bersifat
abstrak dapat dijelaskan menjadi lebih konkret menggunakan LCDProyektor.LCDproyektor yang dapat menampilkan
materi secara visual dan materi dapat
ditampilkan lebih menarik baik dari tulisan maupun gambar, sehingga dapat
menarik minat dan perhatian siswa. Melalui penggunaan LCD
Proyektor yang diterapkan dalam proses pembelajaran diharapkan memberikan
pengaruh terhadap pemahaman dan hasil belajar siswa.
Proses Pembelajaran
|
Pembelajaran menggunakan Media LCD Proyektor
|
Pembelajaran tanpa menggunakan Media LCD Proyektor
|
Hasil Belajar
|
Gambar 2. Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis
Sugiyono
(2012: 96) menyatakan bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadaprumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan”. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Terdapat
pengaruh penggunaan LCD Proyektor terhadap hasil belajar Mata
Pelajaran Fisika kelas XI IPA di SMA Negeri 4 Kerinci.
Ho : Tidak
terdapat pengaruh penggunaan LCD Proyektor terhadap Mata Pelajaran Fisika kelas XI IPA di
SMA Negeri 4 Kerinci.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Berdasarkan
masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen.
Menurut Sugiyono (2012: 107) “Penelitian eksperimen adalah metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan”.
Jenis
penelitian ini adalah Quasi Experimental
Design. Jenis eksperimen ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada Mata Pelajaran Fisika kelas XI IPA di
SMA Negeri 4 Kerinci, pada 3 Juli – 1 Agustus 2019. Jadwal penelitian dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Rincian Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelitian
|
Jadwal
|
Uji coba soal tes
|
12 Juli 2019
|
Pertemuan I
1. Tes
awal (pretest)
Kelas eksperimen
2. Tes
awal (pretest)
kelas kontrol
|
15 Juli 2019
|
Pertemuan II
1. Kelas
eksperimen
2. Kelas
kontrol
|
17 Juli 2019
18 Juli 2019
|
Pertemuan III
1. Kelas
eksperimen
2. Kelas
kontrol
|
24 Juli 2019
25 Juli 2019
|
Pertemuan IV
1. Tes
akhir (posttest)
Kelas eksperimen
2. Tes
akhir (posttest)
Kelas kontrol
|
31 Juli 2019
1
Agustus 2019
|
3.3 Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah Siswa kelas
XI IPA di SMA Negeri 4 Kerinci yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas
XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI
IPA 3.
3.4 Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian
Nonequivalent Control Group Design. Pada rancangan ini, terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan.
Setelah diberi perlakuan terdapat posttest.
Pada desain ini, kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random.
Tabel 3. Rancangan Penelitian
Kelas
|
Pretest
|
Perlakuan
|
Posttest
|
Eksperimen
|
O1
|
X
|
O2
|
Kontrol
|
O3
|
O4
|
Sumber:
Sugiyono (2012: 116)
Keterangan:
X : Pembelajaran menggunakan Media LCD Proyektor
O1 : Nilai pretest kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan
O2 : Nilai posttest
kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
O3 : Nilai pretest kelas kontrol
O4 : Nilai posttest kelas
kontrol
3.5
Variabel dan Data
3.5.1
Variabel
Menurut
Arikunto (2010: 161) “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian”. Lubis (2011: 26) menyatakan bahwa
“Berdasarkan kedudukannya, variabel terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat”. Variabel bebas yaitu variabel yang merupakan penyebab
sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang menerima akibat dari variabel
bebas”. Dalam penelitian ini dapat dikemukakan:
Variabel
bebas (X) : Media LCD Proyektor
Variabel terikat (Y) : Hasil belajar mata pelajaran fisika siswa
kelas XI
3.5.2
Data
Menurut Arikunto (2010:
161) “Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun
angka”. Data berguna memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan, persoalan
atau sebagai dasar yang objektif dalam proses pembuatan dan pengambilan
keputusan guna memecahkan sesuatu persoalan.
Berdasarkan cara mendapatkannya data
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari responden atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini, data
primernya adalah hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Data sekunder adalah data yang terkumpul
atau data yang sudah ada. Dalam penelitian ini, data sekundernya adalah nilai siswa
yang diperoleh dari guru mata pelajaran
Fisika.
3.6 Prosedur
Penelitian
Prosedur
pada penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap
pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap awal
a. Peneliti menetapkan waktu dan tempat
b. Mengajukan surat izin penelitian
c. Merancang soal tes sebelum memberikan
perlakuan
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran
(silabus, RPP dan bahan ajar)
e. Membuat materi pelajaran sesuai dengan
silabus dalam bentuk slide (powerpoint)
f. Melakukan uji validasi soal tes kepada
validator
g. Melakukan uji validasi powerpoint kepada validator
h. Melakukan uji coba soal tes pada subjek
yang berbeda yaitu pada kelas XI IPA 1.
i.
Peneliti
melakukan analisis soal tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan soal pretest kepada subjek penelitian yaitu kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3
b. Melakukan pembelajaran
dengan menggunakan media LCD
Proyektor terhadap kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol tidak
menggunakan media LCD Proyektor
c. Memberikan soal posttest kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4
Tahap
akhir
a. Peneliti melakukan analisis data yang
didapat dari hasil pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas
kontrol
b. Menarik kesimpulan dari hasil analisis
data yang telah ditentukan.
Tabel 4. Skenario
Pembelajaran
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
a. Kegiatan Pendahuluan
·
Guru mengabsensi siswa dan mempersiapkan kelas untuk
belajar.
·
Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan dipelajari.
·
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
·
Guru mempersiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan seperti LCD Proyektor, Laptopdan PowerPoint yang akan ditampilkan.
b. Kegiatan Inti
·
Guru memberikan materi pelajaran yang ditampilkan dengan PowerPointmelalui
mediaLCD Proyektor.
·
Setelah memberikan materi pelajaran, guru memberikan kuis yang
ditampilkan melalui PowerPoint yang
akan dikerjakan secara individu oleh siswa
c. Kegiatan Penutup
·
Siswa menyimpulkan materi di bawah bimbingan guru
·
Guru mengevaluasi proses pembelajaran.
|
a. Kegiatan Pendahuluan
·
Guru mengabsensi siswa dan mempersiapkan kelas untuk
belajar.
·
Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan dipelajari.
·
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
·
Guru membersihkan papan tulis dan alat-alat tulis yang akan
digunakan.
b. Kegiatan Inti
·
Guru memberikan materi pelajaran dan menjelaskan dengan metode ceramah
kemudian menuliskan materi pada papan tulis.
·
Setelah memberikan materi pelajaran, guru memberikan latihan
individu kepada siswa.
c. Kegiatan Penutup
·
Siswa menyimpulkan materi
pelajaran di bawah bimbingan guru
·
Guru mengevaluasi proses pembelajaran.
|
3.7 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik pengukuran, alat
pengukuran menggunakan tes tertulis. Tes awal (pretest) diberikan kepada siswa sebelum diberi perlakuan. Tes ini
dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap mata fisika. Setelah diberi
perlakuan, siswa melakukan tes akhir (posttest)
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
3.8 Instrumen
Penelitian
“Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”
(Arikunto, 2010: 203). Instrumen pada penelitian ini menggunakan soal tes.
Untuk mendapatkan instrumen, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat spesifikasi soal tes
2. Membuat dan menyusun soal sesuai dengan
spesifikasi soal tes
3. Melakukan uji coba soal tes
4. Melakukan analisis hasil uji coba soal
tes
5. Mengadakan revisi terhadap item yang
dirasa kurang baik
Peneliti melakukan uji
coba soal tes terhadap siswa kelas XI
IPA 1 pada mata pelajaran fisika dengan menggunakan soal tes dengan beberapa analisa sebagai berikut
3.8.1
Validitas
Instrumen (tes)
dikatakan valid (sahih) apabila tes tersebut bisamengukur apa
yang hendak diukur.
Validitas tes perlu
dilakukanuntuk mengetahui tingkat ketepatan kualitas tes untuk mengukur
apayang seharusnya diukur. Arikunto (2012: 82) menyatakan bahwa “Sebuahtes dikatakan
memiliki validitas isi apabila butir-butir soal yangmembangun tes tersebut
mampu mengukur tujuan yang sesuai denganmateri atau isi pelajaran yang
diajarkan”. Perhitungan validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
Korelasi Product Moment:
Keterangan:
X =
jumlah skor untuk tiap item
Y =
jumlah skor yang diperoleh responden untuk semua pertanyaan
= total jumlah skor X
= total jumlah skor Y
= jumlah skor X dalam kuadrat
= jumlah skor Y dalam kuadrat
N =
banyaknya responden
Dasar pengambilan
keputusan yaitusuatu tes dikatakan valid apabila rhitung
rtabel dan apabila rhitung<
rtabel, maka butir tes tersebut dinyatakan tidak valid.
3.8.2
Reliabilitas
Reliabilitas
menunjuk pada suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Untuk menguji reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Kuder
Richardson (KR-20):
=
.....................................(Siregar,
2013: 74)
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
k = jumlah butir pertanyaan
= varians
total
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan
benar
q = proporsi subjek yang menjawab item
dengan salah q = 1 - p
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Hasil
perhitungan reliabilitas instrumen, dapat diketahui melalui klasifikasi indeks
reliabilitas pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 5.
Klasifikasi Indeks Reliabilitas
No.
|
Indeks
Reliabilitas
|
Klasifikasi
|
1.
|
0,00 –
0,20
|
Sangat
rendah
|
2.
|
0,21 –
0,40
|
Rendah
|
3.
|
0,41 –
0,60
|
Sedang
|
4.
|
0,61 –
0,80
|
Tinggi
|
0,81 –
1,00
|
Sangat
tinggi
|
Sumber:
Arikunto (2012: 89)
3.8.3
Menentukan Tingkat Kesukaran Soal (P)
Untuk menentukan
tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus:
P
=
...........................................................(Arikunto,
2012: 223)
Keterangan:
P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Hasil
perhitungan reliabilitas instrumen, dapat diketahui melalui klasifikasi indeks
reliabilitas pada tabel 9 di bawah ini.
Tabel 6.
Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
No.
|
Indeks
Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1.
|
0,00
P < 0,30
|
Sukar
|
2.
|
0,31
P < 0,70
|
Sedang
|
3.
|
0,71
P <1,00
|
Mudah
|
Sumber:
Arikunto (2012: 225)
3.8.4
Menghitung Daya Pembeda (D)
Daya pembeda soal untuk menentukan
perbedaan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Daya pembeda dapat
dihitung dengan rumus:
D =
............................ (Arikunto, 2012:
228)
Keterangan:
D
= daya pembeda soal
= banyaknya peserta kelompok atas
yang menjawab soal dengan benar
= banyaknya peserta kelompok bawah
yang menjawab soal dengan benar
=
jumlah peserta kelompok atas
= jumlah peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas
yang menjawab benar (P sebagai indeks
kesukaran)
= proporsi peserta kelompok bawah
yang menjawab benar
Hasil perhitungan reliabilitas instrumen,
dapat diketahui melalui klasifikasi indeks reliabilitas pada tabel 10 di bawah
ini.
Tabel 7. Klasifikasi Daya Pembeda Soal
No.
|
Indeks
Daya Pembeda
|
Klasifikasi
|
1.
|
0,00
D < 0,20
|
Jelek
|
2.
|
0,21
D < 0,40
|
Cukup
|
3.
|
0,41
D < 0,70
|
Baik
|
4.
|
0,71
D < 1,00
|
Baik
Sekali
|
Sumber: Arikunto (2012: 232)
3.9
Teknik Analisis Data
Pada analisis ini akan ditentukan nilai
rata-rata mata pelajaran Mekanika Teknik kelas eksperimen
KE
dan kelas kontrol
KK
Kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap nilai subjek
penelitian sebagai berikut:
3.9.1
Uji Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk melihat apakah subjek berasal dari kelompok yang
terdistribusi normal. Untuk menguji normalitas menggunakan rumus:
..................................................(Sugiyono,
2012: 107)
Keterangan:
= Chi Kuadrat
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Kriteria uji Chi Kuadrat
):
a. Jika
hitung<
tabel,
data terdistribusi normal
b. Jika
hitung>
tabel,
data tidak terdistribusi normal
3.9.2
Uji Homogenitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis,
maka perlu diuji terlebih dahulu varians subjek homogen atau tidak. Pengujian
homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus:
F
=
.............................................(Sugiyono, 2012: 140)
Kriteria uji F:
a. Jika Fhitung< Ftabel, subjek mempunyai varian yang homogen
b. Jika Fhitung> Ftabel,
subjek kelompok mempunyai varian yang
tidak homogen
3.9.3
Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal, maka dalam
pengujian hipotesis statistik yang digunakan adalah uji t. Uji t bertujuan
untuk melihat pengaruh darimasing-masing variabel yaitu pengaruh variabel bebas
terhadap variabel akibat. Pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus:
Uji kesamaan dua rata-rata
atau uji t
Keterangan:
=
skor rata-rata kelas eksperimen
=
skor rata-rata kelas kontrol
= jumlah siswa kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas kontrol
=
varians kelas eksperimen
=
varians kelas kontrol
Kriteria uji t:
a. Jika thitung
ttabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
b. Jika thitung
ttabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar